♥ Moga Bunda Disayang Allah ♥
Judul buku : Moga Bunda Disayang Allah
Resentator : (nama kamu)
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Edisi : 5
Jumlah Halaman : 247 halaman
Resentator : (nama kamu)
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Edisi : 5
Jumlah Halaman : 247 halaman
Penulis
yang satu ini seakan menyembunyikan atau bisa dikatakan tak ingin
memberitahukan tentang kepribadiannya secara jelas, berbeda dengan penulis
novel pada umumnya. Terbukti dari semua novel yang telah ia buat, tak ada
sekilas biodata penulis di halaman terakhir maupun sampul belakang
novel-novelnya. Meski ia tidak memperkenalkan dirinya secara jelas namun karya-karyanya
selalu menarik dan terkenal, salah satunya adalah novel berjudul “ Moga Bunda
Disayang Allah ” .
Di
dalam novel ini, Tere Liye menceritakan tentang seorang anak bernama Melati
yang terlahir dengan rambut ikalyang mengombak, pipi yang tembam, mata hitam
legam seperti biji buah leci dan gigi kecil bak gigi kelinci. Dia adalah
anakdari orang tua yang terpandang di daerah tersebut. Orang tuanya, Tuan dan
Nyonya HK begitu menyayangi putri kecilnya yang amat lucu dan menggemaskan itu.
Namun
kebahagiaan mereka tak lama kemudian pupus ketika Melati mengalami kecelakaan yang
membuat ia buta dan tuli total sebelum anak itu sempat mengenal benda, mengenal
dunia, mengenal kata-kata bahkan mengenal Penciptanya. Doa dan harapan terus dipanjatkan
oleh kedua orangtuanya, segala macam pengobatan telah dicoba untuk menolong anak
kesayangannya. Tak hanya itu, pengasuh anak maupun psikolog anak yang digaji
untuk mendekati dan berkomunikasi dengan Melati pun sudah banyak yang menyerah
dengan Melati. Hingga akhirnya ia dipertemukan oleh Pak Guru Karang.
Karang
adalah seorang pemuda biasa yang memiliki jiwa sosial yang luar biasa kepada anak
– anak. Dalam cerita ini, sosok Karang mampu ikut merasakan perasaan anak-anak
yang berdiri di depannnya. Ia dengan mudah dapat mendekati anak-anak dan juga
mudah menarik perhatian anak-anak dengan kepandaiannya dalam bercerita. Karena
kecintaannya dengan anak-anak dan juga kepandaiannya dalam hal bercerita, ia
telah mendirikan ratusan taman bacaan untuk anak-anak di berbagai kawasan
disekitar ibu kota.
Namun
kali ini Karang merasa kesulitan dalam menghadapi Melati. Anak kecil yang hanya
melihat gelap, hitam kosong tanpa warna.Hanya mendengar senyap sepi, tak ada
nada. Tak hanya kekurangan yang di miliki Melati yang membuatnya merasa
kesulitan, kesulitan itu semakin terasa karena masa lalu Karang yang begitu
menyakitkan. Kecelakaan di laut yang dialaminya beberapa tahun silam menewaskan
18 anak didiknya, termasuk anak didik kesayangannya yang bernama Qintan.
Kejadian tersebut membuat batin dan jiwanya sangat terpukul hingga merubah
dirinya menjadi pemabuk,keluar di malam hari, mengurung diri di kamar kos milik
Ibu Gendut dari pagi hingga sore hari.
Dengan
permohonan Nyonya HK dan bujukan dari Ibu Gendut itu, Karang dapat menghiraukan
rasa kesulitan itu menjadi semangat kembali dan berusaha menemukan bagaimana
cara Karang agar Melati dapat mengenal segala yang belum ia kenal. Dan dengan kesabaran
Karang dalam menghadapi Melati, akhirnya Allah memberikan mukzizat-Nya. Melati
dapat mengenal dunianya melalui kedua telapak tangannya dan Karang juga berubah
menjadi Karang yang dulu. Karang yang telah mengikhlaskan masa lalunya dan
kembali menyayangi anak-anak dan membuka taman bacaannya lagi.
Kelebihan
dari novel ini, penulis menggambarkan karakter Melati, Bunda dan Karang dalam peran
yang terasa seimbang. sehingga tidak bisa dibedakan mana yang lebih pantas
disebut sebagai tokoh utama. Ceritanya begitu menyentuh dan ketiga karakter
tersebut memiliki jalan cerita masing-masing namun selalu berkaitan.
Karang
yang rapuh karena dihantui oleh masa lalu dan Melati yang tak bisa mengenal dunianya
karena kehilangan penglihatan dan pendengarannya diceritakan dengan runtut hingga
akhirnya kedua tokoh ini dipertemukan dan menemukan jawaban atas penderitaan yang
mereka alami
Kekurangan
dalam novel ini terdapat pada gaya bahasa dari novel yang menggunakan bahasa sehari-hari
yang tidak baku. Pilihan penulis dalam penempatan setting dan kegiatan pendukung
dalam novel terasa kurang tepat. Dalam noveltersebut, semua tokoh digambarkan sebagai
orang muslim namun pada akhir cerita menggambarkan suasana pesta kembang api yang
dirayakan pada tahun baru Imlek oleh masyarakat termasuk para tokoh novel. Dan
juga ada beberapa tokoh yang tidak terlalu jelas namanya seperti Tuan HK,
Nyonya HK dan Ibu Gendut.
0 comments:
Posting Komentar