Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

Sabtu, 01 Juni 2013

So Confuse >.< Belajar dari Pak Satpam

0 comments




15012013
Liburan kali ini, lebih banyak aku habiskan di Surabaya dengan banyak pertimbangan. Dari mulai di rumah yang sedikit membosankan dan pengangguran, sampai jadwal ngelesi yang lumayan padat. Akhirnya diputuskan untuk hijrah ke Surabaya saja. Hehe
Mulai ku renungkan apa kata mbak iin yang dulu. Dia kalau liburan, jarang pulang ke rumah. Paling-paling di asrama ngerjakan PKM, jadi kalau temennya sms capek nganggur di rumah, mbak iin nggak pernah merasakan itu. Hal itu yang coba aku terapkan sekarang.
Banyak pelajaran sangat berkesan saat ngelesi di ketintang permai. Hujan deres, belum pernah survei lokasi ngelesi lagi. Jadi untuk pertama kalinya survei langsung ngelesi. Subhanallah, kuasa Allah sugguh meliputi diriku. Mulai dari bingung mencari alamat, terus berteduh di pos satpam. Pak satpamnya cerita kesana-kemari. Tentang anaknya fifi, keluarganya dan kehidupannya. Banyak yang bisa dipelajari di kehidupan Surabaya, dari orang yang berlatar belakang satpam sekalipun. Walaupun kami orang miskin tapi harga diri tetap dijunjung tinggi, anak saya kalau kuliah ndak pernah mbayar mbak. Dia inginnya di ITS, tapi saya nggak punya uang jadi dia pilih UNESA. Pertimbangannya kalo di ITS mahal, tapi bisa langsung terjun, entah itu di swasta, kalo di UNESA, kasihan mbak nasib guru sekarang, nggak ada harganya. Padahal tugasnya sangat berat, mencerdaskan anak bangsa. Mungkin kalau anak saya jadi di ITS, dia seperti mbak gini ngelesi. Apalagi yang mau ditinggalkan ketika kami mati selain ilmu. Walaupun ayahnya seorang yang hanya lulusan SD, tapi anak saya harus berpendidikan lebih tinggi. Jadi orang. Anak saya itu 3 mbak, 2 laki-laki  SMP dan SMK, sekarang magang kerja yang satunya perempuan. Aku hanya tersenyum dan sedikit-sedikit mengiyakan wejangan bapak satpam tersebut.
Setiap doa itulah doa yang saya panjatkan mbak, saya hanya lulusan SD, jangan sampai anak saya seperti saya, pendidikannya harus tinggi. Kuncinya hanyalah doa, doa, dan doa mbak. Tanpa tersadar perkataan bapak tadi menggelitiki hati kecilku, aku juga seperti itu pak... Posisinya sekarang rok ku basah kuyup, hujan tidak reda-reda. Akhirnya hujan reda, pamit ke pak satpam dan beliau memberi doa semoga ilmunya berkah mbak, dan yang dilesi krasan. Amiiinn, dengan seijin Allah aku mulai ngelesi dik Taufik, sama kaya dek Aisyah, kelas 3SD Ketintang 1. Adiknya pinter, sudah hafal aksara Jawa. Jika boleh dibandingkan dia lebih hafal aksara jawa dibanding Aisyah, tapi kualitas SD nya jelas lebih bagus dek Aisyah. Tapi sedikit tamparan ketika ibunya tahu anak UNESA yang ngelesi. Anak saya satunya sudah saya leskan anak UNAIR, gimana sih mas Rio ini?(dan akhirnya saya putuskan untuk tidak ngelesi dek Taufik lagi, dan ditutup dengan saya yang sakit anemia kayaknya, tekanan darah hanya 100 dan berat hanya 41 kg

0 comments:

Followers